PENGELOLAAN PESAN DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN


Dalam ilmu komunikasi, yang dimaksud dengan komunikasi verbal tidak hanya lisan namun meliputi komunikasi lisan dan tertulis. Karena bahasa dapat disampaikan secara lisan atau tulisan maka komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan bahasa lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat diungkap­kan bahwa komunikasi verbal merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan. Dalam komunikasi lisan atau tulisan terdapat komunikasi sebagai pembicara atau penulis, dan komunikan sebagai pendengar atau pembaca. Melalui komunikasi lisan atau tuliasan seorang pembicara atau penulis tentu berharap apa yang disampaikannya dapat dipahami secara tepat oleh pendengar atau pernbaca sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis. Selain menggunakan kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan pula gerakan-­gerakan tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body language. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi verbal. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi verbal biasanya berlangsung secara terencana dan tersusun dengan teratur, sedangkan komunikasi nonverbal terjadi secara spontan dan bersifat alami serta tidak pernah direncanakan terlebih dahalu. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan “sebaiknya berkas laporan ini disimpan di dalam lemari!”, maka orang yang bersangkutan dengan sadar telah mempunyai tujuan tertentu. Berbeda halnya dalam komunikasi nonverbal, seseorang sering melakukannya dengan tidak sadar. Sebagai contoh, seseorang menggaruk-garuk kepala, padahal tidak gatal, hal ini berlangsung tidak sengaja atau bersifat otomatis (menggaruk-garuk kepala merupakan ekspresi ketidakpahaman atas sesuatu hal).

PENGELOLAAN PESAN DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN
A.    SIMBOL PESAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1.           1.  Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. perhatikan bahwa para penyuluh kesehatan tidak saja menggunakan kata-kata verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat. Beberapa jenis kinesik atau bentuk isyarat tubuh antara lain :
a.       Gesture
Bahasa isyarat yang ditampilkan oleh gerakan anggota tubuh. Seorang komunikator kesehatan mungkin memaksudkan acungan jempol ke bawah artinya kegagalan.
b.      Ekspresi Wajah
Banyak orang memahami informasi dari orang lain hanya karena mereka memandang ekspresi wajah orang tersebut.
c.       Bersalaman atau hand shake
Bersalaman merupakan sesuatu yang lazim dilakukan ketika bertemu seseorang. Perbedaan budaya dari audiens akan memberikan makna yang berbeda atas salaman tersebut.
d.      Kontak Mata
Kontak mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan namun tidak begitu penting bagi kebudayaan lain. Misalnya : Penyuluhan kesehatan yang dilakukan di pedesaan NTT, maka perlu di ingat bahwa komunikan lebih suka mendengarkan sambil melakukan kontak mata. Hal ini berbeda dengan orang Jawa, yang lebih mengutamakan telinga untuk mendengar daripada mata untuk menatap komunikator.
2.    Proksemik
Proksemik adalah komunikasi non verbal yang ditunjukkan dengan ruang dan jarak antara individu dengan orang lain. Proksemik dibagi atas:
a.       Proksemik Jarak
Proksemik jarak merupakan bahasa sebagai simbol komunikasi yang paling sensitif. Contoh: jarak sahabat, jarak keluarga, jarak sosial, jarak pribadi, dll. Umumnya jarak fisik menunjukkan pula kedekatan psikologis dan sosiologis dengan lawan bicara.
b.      Proksemik Ruang
Proksemik ruang yang dimaksud dalam komunikasi non verbal dimana situasi ruang/tempat untuk mempengaruhi dalam berkomunikasi. Contoh:
-          Ukuran ruang.
Ukuran ruang yang kecil dengan audiens yang sangat banyak, pesan bisa tidak tersampaikan karena audien tidak nyaman ruangan penuh sesak.
-          Hawa/udara dalam ruang. Hawa ruangan yang panas hanya membuat audiens gaduh dan kepanasan sehingga tidak konsentrasi dalam pemberian informasi.
-          Warna. Warna ruangan yang gelap hanya membuat audiens tidur sehingga tidak mendengarkan komunikator dalam penyampaian pesan.
-          Pencahayaan. Pencahayaan di dalam suatu ruang komunkasi seperti rapat, proses belajar mengajar baiknya membuat semangat komunikan, yaitu gunakan warna-warna yang lembut seperti putih, kream, dll
c.       Proksemik Waktu
Waktu menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud dan tujuan tertentu. Bahasa waktu meliputi simbol:
-          Kebiasaan orang Jepang harus datang terlebih dahulu 10 menit sebelum acara dimulai.
-          Orang Indonesia? Tidak on time atau terlambat sudah menjadi kebiasaan.
3.    Haptik
Haptik (sentuhan) adalah ilmu mengaplikasikan sensasi sentuhan ke dalam interaksi manusia. Haptik berasal dari bahasa Yunani haptesthai yang artinya ‘menyentuh’. Haptik sering kali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang ketika berkomunikasi.
Atas dasar itulah maka ada ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengomunikasikan relasi anda dengan seseorang. Liliweri (2008) menjelaskan bahwa, Haptik ditentukan oleh tiga faktor berikut:
a.       Derajat atraksi dan kesukaan.
Anda lebih cenderung atau suka memegang seseorang atau suatu objek yang Anda sukai, Anda pun lebih suka memegang atau mengambil suatu barang yang menarik. Sebaliknya, Anda akan menjauhkan diri dari objek atau orang yang tidak disukai atau yang tidak menarik.
b.      Derajat kekeluargaan/ kekerabatan
Anda juga lebih sering menghiraukan jarak fisik dengan seseorang yang sangat dekat dengan Anda, yang dianggap sebagai anggota keluarga atau sahabat karib. Karena kedekatan psikologis itulah, maka Anda lebih berani mencubit, menepuk lengan dan bahu, mencium dahi atau pipi.
c.       Kekuasaan dan status.
Haptik juga ditentukan oleh faktor kekuasaan dan status, misalnya hubungan antara atasan dan bawahan. Mereka yang tergolong pada kelompok atasan sering menghindari diri dari pegangan bawahannya.
4.      Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara hingga bermanfaat kalau kita hendak mengintepretasikan simbol verbal.
Contoh: orang Mung Thai mirip dengan orang Yogyakarta dimana mereka tidang mengungkapkan kemarahannya dengan suara yang keras. Mengkritik orang lain tidak diungkapkan dengan langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Timur, orang Batak yang mengungkapkan sesuatu dengan suara yang keras.
5.    Artifak
Dalam komunikasi kesehatan kita tidak mengartikan artifak dalam studi arkeologi. Dalam komunikasi non verbal dengan berbagai benda material disekitar kita akan menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Contoh mobil, sepeda motor, pakaian, gadget, dll. Dalam situasi sosial, benda-benda tersebut akan memberikan pesan kepada orang yang melihatnya. Semakin mahal mobil yang digunakan maka semakin tinggi status sosial orang itu sehingga cara berkomunikasi pun menjadi berbeda.
6.        Logo dan Warna
Menurut Liliweri (2006) kreasi para perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan  karya komunikasi bisnis, namun model kerja ini juga dapat diterapkan dilalam komunikasi kesehatan.
Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
Berikut ini ada beberapa unsur yang patut diperhatikan ketika kita menciptakan logo:
a.    Penggunaan warna
Warna berkaitan dengan budaya audiens. Oleh karena itu, jika kita memilih warna yang salah akan memperngaruhi penerimaan pesan oleh komunikan/audiens. Arti warna yang berlaku di masyarakat pada umumnya:
-          Hitam identik dengan warna berkabung
-          Putih identik dengan warna berduka/suci/bersih/ketulusan
-          Ungu identik dengan penantian dan harapan
-          Merah identik dengan keberanian/bahaya/amarah
-          Kuning identik dengan kecemburuan
b.      Ukuran
Ukuran logo dapat disesuaikan dengan kepentingan. Jika logo tersebut untuk luar ruang buatlan yang cukup besar karena diharapkan logo itu dapat dilihat oleh orang-orang yang akan melihatnya.
c.       Multimedia
Kini dengan teknologi komputer dan pemanfaatan software yang sesuai cukup mudah dan cepat dalam membuat/mendesign logo yang dibutuhkan.
d.      Animasi
Animasi adalah proses kerja perancang untuk membuat variasi-variasi atas simbol/logo. Animasi baiknya menunjang isi pesan dalam media yang kita buat.
7.        Tampilan Fisik
Kita sering menilai seseorang dari tampilan fisik lawan bicara kita, seperti warna kulitnya, ukuran tubuhnya, dll. Ingat, keutamaan dari informasi kesehatan adalah persuasif yang artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi yang disebarluaskan oleh sumber informasi.
B.     PEMAKAIAN PESAN VERBAL DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN
1.              1Penggunaan Bahasa Secara Pragmatis
Kita memang mengakui bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, oleh karena itu kita mempelajari bahasa Indonesia sejak masih duduk di SD sampai ke perguruan tinggi. Ketika kita menggunakan bahasa sebagai “alat komunikasi”, haruslah disadari bahwa ada perbedaan penggunaan bahasa tulisan dan bahasa lisan. Perbedaan itu menampak pada aspek “kepraktisan” semata-mata. Artinya, orang tidak terbiasa berbahasa lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa Indonesia. Bagi kita, dalam komunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti yang dalam istilah komunikasi, memberikan makna yang sama atas apa yang sama atas apa yang kita ucapkan. Inilah aspek pragmatis suatu bahasa.
Seorang komunikator kesehatan hendaklah memerhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa di kalangan ibu-ibu desa yang berkunjung ke Puskesmas, bapak-bapak nelayan di pantai, para gadis di pasar umum, orang-orang yang berada dalam perjalanan, dan lain-lain. Kadang-kadang kelompok-kelompok ini menggunakan “jargon” secara khusus yang hanya dimengerti oleh kalangan mereka. (Liliweri, 2007; 118)
2.      Variasi Bahasa
Menurut Liliweri (2007; 116-120)dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi antar budaya, hendaklah kita memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada:
a.       Dialek
Dialek merupakan variasi penggunaan bahasa  di suatu daerah bahasa. Orang Timor yang tinggal di Timur Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) dan sebagian Kabupaten Kupang (Amfoang, Amarasi) memakai bahasa Dawan namun terdapat variasi penggunaan bahasa di antar berbagai daerah yang berbeda-beda itu. Demikian pula orang Jawa yang tinggal di Jawa Timur berbeda dialek jawanya dengan Jawa dari Solo. Hal ini karena di masing-masing “daerah” pengguna bahasa mempunyai dialek untuk menerangkan kata atau istilah lokal.
b.      Aksen
Aksen menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan. Meskipun semua orang Timor memakai bahasa Dawan, di antara pengguna bahasa Dawan sendiri dapat membedakan asal usul pembicara berdasarkan aksen Amarasi, aksen Amfoang, aksen Soe, dan aksen Kefa. Atas alasan yang sama yang sama kita bisa membedakan aksen orang Jawa dari Surabaya dengan orang Jawa dari Semarang atau dari Yogyakarta.
c.       Jargon
Jargon adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh mereka yang sama profesi atau pengalamannya. Perhatikan ada istilah-istilah tertentu yang hanya beredar di kalangan ibu rumah tangga, di kalangan nelayan, atau dikalangan dosen dan mahasiswa. Istilah SKS  hanya dimengerti di kalangan dosen dan mahasiswa (baca: 50 menit). Contoh, ketika akan memberikan pengarahan kepada ibu-ibu di Puskesmas, seorang teman bertanya kepada Anda: berapa lama Anda bicara? Anda menjawab: ya kira-kira 1 SKS (para ibu tidak mengerti 1 SKS, hanya Andadsn teman Anda yang tahu lama pembicaraan 50 menit).
d.      Argot
Argot adalah bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di kalangan anak-anak sering menggunakan bahasa khusus yang hanya dimengerti di kalangan mereka. Contoh: Kapan saya bisa datang ke rumah kamu?
3.      Berbahasa Pada Saat yang Tepat
Menurut Liliweri (2007; 120-123) dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohoiwutun (1997;99-107) dalam Liliweri (2007; 120-123) anda harus memperhatikan:
a.       Kapan orang berbicara
Jika kita berkomunikasi antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara. Orang-orang Timor, Batak,Sulawesi,Ambon,Irian, mewarisi sikap kapan saja bisa bicara, tanpa membedakan yang tua dan muda, artinya semaunya saja, berbicara tidak mengenal batas usia. Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara, misalnya yang lebih muda mendengarkan lebih banyak daripada yang tua, yang tua omong lebih banyak dari yang muda.
b.      Apa yang dikatakan
Laporan studi Eades (1982)menungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan mengapa ‘mengapa’? Suzanne Scolon (1982) mendapati orang indian Athabaska jarang bertanya. Terdapat anggapan bahwa pertanyaan dianggap terlalu keras, karena menuntut jawaban. Dari sisi pendidikan orang akan bertanya-tanya, apakah mungkin orang dapat belajar bila mereka tidak diperkenankan bertanya? Guna menghindari bertanya yang dianggap terlalu keras maka ada kebiasaan dalam masyarakat tertentu yang menempuh strategi ‘bercerita’. Laporan penelitian Tannen (1984-an) menunjukkan bahwa orang-orang New York keturunan Yahudi lebih cenderung bercerita dibandingkan dengan teman-temannya di California. Cerita mereka (New York Yahudi) selalu berkaitan dengan pengalaman dan perasaan pribadi. Masing-masing anggota kelompok kurang tertarik pada isi cerita yang dikemukakan anggota kelompok lain.
c.       Kecepatan dan jeda berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jeda berbicara di sini adalah pengaturan kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan ‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua pihak. Orang-orang di Barat sulit berdiam diri terlalu lama dan hanya mendengarkan orang lain. Di Indonesia, kita semua yang menjadi bawahan selalu berdiam diri di depan atasan, hanya mendengarkan pengarahan dan perintah.
d.      Hal yang perlu diperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang sama terjadi bagi orang Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah melihat bukan sekedar mendengarkan. Sebaliknya Orang Jawa tidak mementingkan ‘melihat’ tetapi mendengarkan. Anda membayangkan jika seorang Jawa sedang berbicara dengan orang Timor yang terus-menerus menatap mata orang Jawa, maka si Jawa akan merasa tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu kurang ajar. Sebaliknya orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu dia memberikan pengarahan.
e.       Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam pelbagai bahasa yang berbeda budaya. Orang Kedang di Lembata/Flores memakai kata bua berarti melahirkan, namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ – bua’ (buaq), berarti berlayar.
f.       Gaya kaku atau puitis
Ohoiwutun (1997; 105) menulis, jika Anda membandingkan bahasa Indonesia yang digunakan pada awal berdirinya negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an, Anda akanmendapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa sekarang lebih dinamis, lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda, tergantung dari konteksnya. Perbedaan ini terjadi sebagai akibat dari perkembangan bahasa. Tahun 1950-an bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara dominan oleh bahasa Melayu.
g.      Bahasa tidak langsung
Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika Anda berhadapan dengan orang Timor, Anda tidak biasanya berbicara secara langsung namun didahului oleh basa basi dan bahsa simbolik. Ini jelas berbeda kalau Anda berbicara dengan orang Flores atau orang Rote di Kupang.
4.    Struktur Pesan
Menurut Liliweri (2007; 123-125) struktur pesan ditunjukkan dengan :
a.       Pola penyimpulan (tersirat atau tersurat)
Banyak anak terserang campak (PK, Rabu 4 November 2004)
Gejalanya:
-          Panas 2-3 hari berturut-turut
-          Muncul ruam-ruam merah di balik telinga
-          Timbul batuk, pilek, dan mencret
-          Bagian kulit yang ruam-ruam mengelupas
-          Timbul bintik-bintik hitam pada kulit yang mengelupas
b.      Pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu)
Argumentasi yang disenangi (disampaikan terlebih dahulu) misalnya, Anda hendak mengadakan penyuluhan tetntang usaha mencegah anak-anak mencret karena makan makanan atau penganan yang tidak bersih. Anda bisa menampilkan pada pamflet foto anak-anak yang riang gembira bersama kawan-kawannya berebutan membeli jajan di suatu kios di bilangan daerah kumuh. Beberapa foto berikutnya anda yang dimulai dari anak-anak memasukkan jajan ke mulut, proses pengolahan dalam perut… sampai terakhir potret anak yang mulai sakit perut dan terus-menerus ke WC dan akhirnya dibawa ke UGD dalam keadaan pucat pasi.
Argumentasi yang tidak disenangi (disampaikan terlebih dahulu), dalam model ini anda menampilkan terlebih dahulu wajah seorang anak yang pucat pasi terbaring tidak berdaya di UGD…sampai menampilkan alur cerita pertama.
c.       Pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi)
Satu sisi – Pesan yang terlihat dari dua contoh argument di atas sebenarnya berpola SATU SISI karena Anda mengambil anak sebagai pusat informasi kesehatan.
Dua sisi – Alur satu sisi di atas dapat diubah menjadi dua sisi karena Anda menampilkan pula potret seorang dokter atau perawat yang mengingatkan beberapa pesan mengenai pencegahan penyakit mencret.
5.        Gaya Pesan (bahasa)
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistic dalam penyampaian pesan dengan perulangan, mudah mengerti, dan perbendaharaan kata (Liliweri, 2007; hal.125)
a.       Perulangan
Perulangan pesan adalah pengungkapan suatu pesan berkali-kali dalam satuan waktu untuk mengesankan kepada audiens bahwa apa yang disampaikan sangat penting.
Contoh: “Saya ingatkan untuk mencegah demam berdarah lakukan 3M, sekali lagi 3M, 3M, jangan lupa 3M”.
b.      Mudah dimengerti
Suatu pesan yang baik adalah pesan yang menggunakan pilihan kata yang mudah dimengerti, atau jangan menimbulkan tafsir ganda. Contoh: apabila kata ruam-ruam kurang dipahami, sehingga sebaiknya gunakan kata bintil-bintil.
c.       Perbendaharaan kata
Yang dimaksudkan dengan perberdaharaan kata adalah kata-kata yang lazim digunakan oleh audiens sehari-hari. Contoh: kata ruam-ruam (jika digunakan dalam bahasa tulisan maka hendaklah diterangkan dalam kurang).
6.      Daya Tarik Pesan
Yang dimaksudkan dengan daya tarik pesan (message appeals) mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung pesan, yakni rasional-emosional, fear appeals (gaya tarik ketakutan), dan reward appeals (daya tarik ganjaran). (Liliweri, 2007; 129-131)
a.       Rasional – Emosional
Rasional adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai dengan syarat-syarat yang seharusnya, misalnya syarat ilmu kesehatan, dll. Contoh: “Karena penyakit ini disebabkan oleh virus maka tidak bias diobati. Penyakit ini akan sembuh sendiri yang dalam istilah medis disebut  self limited disease, yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini adalah melakukan pengobatan sesuai gejala-gejala penyakit. Misalnya, ketika penderita mengalami batuk, diberi obat batuk, begitu pula penderita pilek atau diare.”
Emosional adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara emosional serta menggugah emosi audiens. Contoh: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; jika bapak tetap merokok, berarti bapak mau bunuh diri. Itu kan kasian anak-anak dan istri, apalagi kalau bapak jadi impoten, maka rumah tangga bapak bakal tidak bahagia!
b.      Fear Appeals (daya tarik ketakutan)
Untuk memengaruhi audiens, maka sebaiknya sampaikan pesan atau informasi yang kurang menyenangkan kemudian baru diikuti dengan menampilkan pesan atau informasi yang menyenangkan. Daya tarik pesan yang menampilkan ketakutan rupanya lebih ditakutkan daripada pesan yang tidak menakutkan. Fear appeals menampilkan daya tarik tertentu apalagi jika ketakutan itu berkaitan dengan nyawa manusia.
Atas pertimbangan itu maka dalam penyuluhan kesehatan yang ausiensnya (adalah manusia-manusia super sibuk) mempercayakan anak-anak mereka kepada para pembantu perlu ditampilkan kasus-kasus bagaimana hubunghan pembantu dengan anak-anak ketika orang tua tidak berada di rumah. Hal ini akan mendorong para orang tua sibuk untuk lebih meluangkan lebih banyak waktu memperhatikan anak-anaknya daripada kepada para pembantu. 
c.       Reward Appeals (daya tarik ganjaran)
Ada banyak sekali cara untuk menciptakan daya tarik bagi para pembeli untuk membeli makanan atau minuman sehat. Semua pasta gigi memberikan iming-iming bagi pembeli dengan hadiah uang jutaan rupiah setelah mengumpulkan sejumlah tertentu bungkus pasta gigi. Jadi, orang dipersuasi untuk membeli produk bukan karena dia butuh produk tersebut tetapi karena dia ingin mendapatkan hadiah karena membeli produk itu. 

Komentar

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Rekam Medis

Sistem Pengindeksan Rekam Medis