PENGELOLAAN PESAN DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN
Dalam ilmu komunikasi, yang dimaksud dengan
komunikasi verbal tidak hanya lisan namun meliputi komunikasi lisan dan
tertulis. Karena bahasa dapat disampaikan secara lisan atau tulisan maka
komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan bahasa
lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat diungkapkan bahwa komunikasi
verbal merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan. Dalam komunikasi lisan
atau tulisan terdapat komunikasi sebagai pembicara atau penulis, dan komunikan
sebagai pendengar atau pembaca. Melalui komunikasi lisan atau tuliasan seorang
pembicara atau penulis tentu berharap apa yang disampaikannya dapat dipahami
secara tepat oleh pendengar atau pernbaca sesuai dengan maksud pembicara atau
penulis.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis. Selain menggunakan
kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan pula gerakan-gerakan tubuh atau
lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body language. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi
nonverbal berbeda dengan komunikasi verbal. Pesan yang disampaikan dalam
komunikasi verbal biasanya berlangsung secara terencana dan tersusun dengan
teratur, sedangkan komunikasi nonverbal terjadi secara spontan dan bersifat
alami serta tidak pernah direncanakan terlebih dahalu. Sebagai contoh, ketika
seseorang mengatakan “sebaiknya berkas laporan ini disimpan di dalam lemari!”,
maka orang yang bersangkutan dengan sadar telah mempunyai tujuan tertentu.
Berbeda halnya dalam komunikasi nonverbal, seseorang sering melakukannya dengan
tidak sadar. Sebagai contoh, seseorang menggaruk-garuk kepala, padahal tidak
gatal, hal ini berlangsung tidak sengaja atau bersifat otomatis (menggaruk-garuk
kepala merupakan ekspresi ketidakpahaman atas sesuatu hal).
A. SIMBOL
PESAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1. 1. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang
diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh.
perhatikan bahwa para penyuluh kesehatan tidak saja menggunakan kata-kata
verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat. Beberapa
jenis kinesik atau bentuk isyarat tubuh antara lain :
a.
Gesture
Bahasa
isyarat yang ditampilkan oleh gerakan anggota tubuh. Seorang komunikator
kesehatan mungkin memaksudkan acungan jempol ke bawah artinya kegagalan.
b.
Ekspresi
Wajah
Banyak
orang memahami informasi dari orang lain hanya karena mereka memandang ekspresi
wajah orang tersebut.
c.
Bersalaman
atau hand shake
Bersalaman
merupakan sesuatu yang lazim dilakukan ketika bertemu seseorang. Perbedaan
budaya dari audiens akan memberikan makna yang berbeda atas salaman tersebut.
d.
Kontak
Mata
Kontak
mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan
namun tidak begitu penting bagi kebudayaan lain. Misalnya : Penyuluhan
kesehatan yang dilakukan di pedesaan NTT, maka perlu di ingat bahwa komunikan
lebih suka mendengarkan sambil melakukan kontak mata. Hal ini berbeda dengan
orang Jawa, yang lebih mengutamakan telinga untuk mendengar daripada mata untuk
menatap komunikator.
2.
Proksemik
Proksemik
adalah komunikasi non verbal yang ditunjukkan dengan ruang dan jarak antara
individu dengan orang lain. Proksemik dibagi atas:
a.
Proksemik
Jarak
Proksemik
jarak merupakan bahasa sebagai simbol komunikasi yang paling sensitif. Contoh:
jarak sahabat, jarak keluarga, jarak sosial, jarak pribadi, dll. Umumnya jarak
fisik menunjukkan pula kedekatan psikologis dan sosiologis dengan lawan bicara.
b.
Proksemik
Ruang
Proksemik
ruang yang dimaksud dalam komunikasi non verbal dimana situasi ruang/tempat
untuk mempengaruhi dalam berkomunikasi. Contoh:
-
Ukuran
ruang.
Ukuran
ruang yang kecil dengan audiens yang sangat banyak, pesan bisa tidak
tersampaikan karena audien tidak nyaman ruangan penuh sesak.
-
Hawa/udara
dalam ruang. Hawa ruangan yang panas hanya membuat audiens gaduh dan kepanasan
sehingga tidak konsentrasi dalam pemberian informasi.
-
Warna.
Warna ruangan yang gelap hanya membuat audiens tidur sehingga tidak
mendengarkan komunikator dalam penyampaian pesan.
-
Pencahayaan.
Pencahayaan di dalam suatu ruang komunkasi seperti rapat, proses belajar
mengajar baiknya membuat semangat komunikan, yaitu gunakan warna-warna yang
lembut seperti putih, kream, dll
c.
Proksemik
Waktu
Waktu
menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud dan
tujuan tertentu. Bahasa waktu meliputi simbol:
-
Kebiasaan
orang Jepang harus datang terlebih dahulu 10 menit sebelum acara dimulai.
-
Orang
Indonesia? Tidak on time atau terlambat sudah menjadi kebiasaan.
3.
Haptik
Haptik (sentuhan) adalah ilmu mengaplikasikan
sensasi sentuhan ke dalam interaksi manusia. Haptik berasal dari bahasa Yunani
haptesthai yang artinya ‘menyentuh’. Haptik
sering kali disebut zero proxemics, artinya
tidak ada lagi jarak di antara dua orang ketika berkomunikasi.
Atas dasar itulah maka ada ahli komunikasi non verbal yang mengatakan
haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan
mencubit. Haptik mengomunikasikan relasi anda dengan seseorang. Liliweri (2008)
menjelaskan bahwa, Haptik ditentukan oleh tiga faktor berikut:
a. Derajat atraksi dan kesukaan.
Anda lebih
cenderung atau suka memegang seseorang atau suatu objek yang Anda sukai, Anda
pun lebih suka memegang atau mengambil suatu barang yang menarik. Sebaliknya,
Anda akan menjauhkan diri dari objek atau orang yang tidak disukai atau yang
tidak menarik.
b. Derajat kekeluargaan/ kekerabatan
Anda juga
lebih sering menghiraukan jarak fisik dengan seseorang yang sangat dekat dengan
Anda, yang dianggap sebagai anggota keluarga atau sahabat karib. Karena
kedekatan psikologis itulah, maka Anda lebih berani mencubit, menepuk lengan
dan bahu, mencium dahi atau pipi.
c. Kekuasaan dan status.
Haptik juga
ditentukan oleh faktor kekuasaan dan status, misalnya hubungan antara atasan
dan bawahan. Mereka yang tergolong pada kelompok atasan sering menghindari diri
dari pegangan bawahannya.
4.
Paralinguistik
Paralinguistik
meliputi setiap penggunaan suara hingga bermanfaat kalau kita hendak
mengintepretasikan simbol verbal.
Contoh:
orang Mung Thai mirip dengan orang Yogyakarta dimana mereka tidang
mengungkapkan kemarahannya dengan suara yang keras. Mengkritik orang lain tidak
diungkapkan dengan langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang
Timur, orang Batak yang mengungkapkan sesuatu dengan suara yang keras.
5.
Artifak
Dalam komunikasi kesehatan kita tidak
mengartikan artifak dalam studi arkeologi. Dalam komunikasi non verbal dengan
berbagai benda material disekitar kita akan menampilkan pesan tatkala dipergunakan.
Contoh mobil, sepeda motor, pakaian, gadget, dll. Dalam situasi sosial,
benda-benda tersebut akan memberikan pesan kepada orang yang melihatnya.
Semakin mahal mobil yang digunakan maka semakin tinggi status sosial orang itu
sehingga cara berkomunikasi pun menjadi berbeda.
6.
Logo
dan Warna
Menurut
Liliweri (2006) kreasi para perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupakan karya komunikasi bisnis, namun model kerja ini juga dapat
diterapkan dilalam komunikasi kesehatan.
Bentuk
logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang
mengandung visi dan misi organisasi.
Berikut ini ada beberapa unsur yang
patut diperhatikan ketika kita menciptakan logo:
a.
Penggunaan
warna
Warna
berkaitan dengan budaya audiens. Oleh karena itu, jika kita memilih warna yang
salah akan memperngaruhi penerimaan pesan oleh komunikan/audiens. Arti warna
yang berlaku di masyarakat pada umumnya:
-
Hitam
identik dengan warna berkabung
-
Putih
identik dengan warna berduka/suci/bersih/ketulusan
-
Ungu
identik dengan penantian dan harapan
-
Merah
identik dengan keberanian/bahaya/amarah
-
Kuning
identik dengan kecemburuan
b.
Ukuran
Ukuran
logo dapat disesuaikan dengan kepentingan. Jika logo tersebut untuk luar ruang
buatlan yang cukup besar karena diharapkan logo itu dapat dilihat oleh
orang-orang yang akan melihatnya.
c.
Multimedia
Kini
dengan teknologi komputer dan pemanfaatan software yang sesuai cukup mudah dan
cepat dalam membuat/mendesign logo yang dibutuhkan.
d.
Animasi
Animasi
adalah proses kerja perancang untuk membuat variasi-variasi atas simbol/logo.
Animasi baiknya menunjang isi pesan dalam media yang kita buat.
7.
Tampilan
Fisik
Kita sering menilai seseorang dari tampilan
fisik lawan bicara kita, seperti warna kulitnya, ukuran tubuhnya, dll. Ingat,
keutamaan dari informasi kesehatan adalah persuasif yang artinya bagaimana kita
merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar
mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi yang disebarluaskan oleh
sumber informasi.
B. PEMAKAIAN
PESAN VERBAL DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN
1. 1.
Penggunaan
Bahasa Secara Pragmatis
Kita memang mengakui
bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, oleh karena itu kita mempelajari
bahasa Indonesia sejak masih duduk di SD sampai ke perguruan tinggi. Ketika
kita menggunakan bahasa sebagai “alat komunikasi”, haruslah disadari bahwa ada
perbedaan penggunaan bahasa tulisan dan bahasa lisan. Perbedaan itu menampak
pada aspek “kepraktisan” semata-mata. Artinya, orang tidak terbiasa berbahasa
lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa Indonesia. Bagi kita, dalam
komunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti yang dalam istilah
komunikasi, memberikan makna yang sama atas apa yang sama atas apa yang kita
ucapkan. Inilah aspek pragmatis suatu bahasa.
Seorang komunikator
kesehatan hendaklah memerhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa di kalangan
ibu-ibu desa yang berkunjung ke Puskesmas, bapak-bapak nelayan di pantai, para
gadis di pasar umum, orang-orang yang berada dalam perjalanan, dan lain-lain.
Kadang-kadang kelompok-kelompok ini menggunakan “jargon” secara khusus yang
hanya dimengerti oleh kalangan mereka. (Liliweri, 2007; 118)
2.
Variasi
Bahasa
Menurut
Liliweri (2007; 116-120)dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi
antar budaya, hendaklah kita memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang
bersumber pada:
a.
Dialek
Dialek
merupakan variasi penggunaan bahasa di suatu daerah bahasa. Orang Timor
yang tinggal di Timur Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) dan
sebagian Kabupaten Kupang (Amfoang, Amarasi) memakai bahasa Dawan namun
terdapat variasi penggunaan bahasa di antar berbagai daerah yang berbeda-beda
itu. Demikian pula orang Jawa yang tinggal di Jawa Timur berbeda dialek jawanya
dengan Jawa dari Solo. Hal ini karena di masing-masing “daerah” pengguna bahasa
mempunyai dialek untuk menerangkan kata atau istilah lokal.
b.
Aksen
Aksen
menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan. Meskipun semua orang
Timor memakai bahasa Dawan, di antara pengguna bahasa Dawan sendiri dapat
membedakan asal usul pembicara berdasarkan aksen Amarasi, aksen Amfoang, aksen
Soe, dan aksen Kefa. Atas alasan yang sama yang sama kita bisa membedakan aksen
orang Jawa dari Surabaya dengan orang Jawa dari Semarang atau dari Yogyakarta.
c.
Jargon
Jargon
adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh mereka yang
sama profesi atau pengalamannya. Perhatikan ada istilah-istilah tertentu yang
hanya beredar di kalangan ibu rumah tangga, di kalangan nelayan, atau
dikalangan dosen dan mahasiswa. Istilah SKS hanya dimengerti di kalangan
dosen dan mahasiswa (baca: 50 menit). Contoh, ketika akan memberikan pengarahan
kepada ibu-ibu di Puskesmas, seorang teman bertanya kepada Anda: berapa lama
Anda bicara? Anda menjawab: ya kira-kira 1 SKS (para ibu tidak mengerti 1 SKS,
hanya Andadsn teman Anda yang tahu lama pembicaraan 50 menit).
d.
Argot
Argot
adalah bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk
mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di kalangan
anak-anak sering menggunakan bahasa khusus yang hanya dimengerti di kalangan
mereka. Contoh: Kapan saya bisa datang ke rumah kamu?
3.
Berbahasa
Pada Saat yang Tepat
Menurut Liliweri (2007; 120-123) dalam
berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa perbedaan yang
perlu diperhatikan. Menurut Ohoiwutun (1997;99-107) dalam Liliweri (2007;
120-123) anda harus memperhatikan:
a.
Kapan
orang berbicara
Jika
kita berkomunikasi antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits)
budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara.
Orang-orang Timor, Batak,Sulawesi,Ambon,Irian, mewarisi sikap kapan saja bisa
bicara, tanpa membedakan yang tua dan muda, artinya semaunya saja, berbicara
tidak mengenal batas usia. Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau
kebiasaan kapan orang berbicara, misalnya yang lebih muda mendengarkan lebih
banyak daripada yang tua, yang tua omong lebih banyak dari yang muda.
b.
Apa
yang dikatakan
Laporan
studi Eades (1982)menungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak
pernah mengajukan pertanyaan mengapa ‘mengapa’? Suzanne Scolon (1982) mendapati
orang indian Athabaska jarang bertanya. Terdapat anggapan bahwa pertanyaan
dianggap terlalu keras, karena menuntut jawaban. Dari sisi pendidikan orang
akan bertanya-tanya, apakah mungkin orang dapat belajar bila mereka tidak
diperkenankan bertanya? Guna menghindari bertanya yang dianggap terlalu keras
maka ada kebiasaan dalam masyarakat tertentu yang menempuh strategi
‘bercerita’. Laporan penelitian Tannen (1984-an) menunjukkan bahwa orang-orang
New York keturunan Yahudi lebih cenderung bercerita dibandingkan dengan
teman-temannya di California. Cerita mereka (New York Yahudi) selalu berkaitan
dengan pengalaman dan perasaan pribadi. Masing-masing anggota kelompok kurang
tertarik pada isi cerita yang dikemukakan anggota kelompok lain.
c.
Kecepatan
dan jeda berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jeda berbicara
di sini adalah pengaturan kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan
‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua pihak. Orang-orang di Barat
sulit berdiam diri terlalu lama dan hanya mendengarkan orang lain. Di
Indonesia, kita semua yang menjadi bawahan selalu berdiam diri di depan atasan,
hanya mendengarkan pengarahan dan perintah.
d.
Hal
yang perlu diperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan
mata yang diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam
biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang sama
terjadi bagi orang Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah
melihat bukan sekedar mendengarkan. Sebaliknya Orang Jawa tidak mementingkan
‘melihat’ tetapi mendengarkan. Anda membayangkan jika seorang Jawa sedang
berbicara dengan orang Timor yang terus-menerus menatap mata orang Jawa, maka
si Jawa akan merasa tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu kurang ajar.
Sebaliknya orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu
dia memberikan pengarahan.
e.
Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam pelbagai
bahasa yang berbeda budaya. Orang Kedang di Lembata/Flores memakai kata bua
berarti melahirkan, namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ –
bua’ (buaq), berarti berlayar.
f.
Gaya
kaku atau puitis
Ohoiwutun (1997; 105) menulis, jika Anda
membandingkan bahasa Indonesia yang digunakan pada awal berdirinya negara ini
dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an, Anda akanmendapati bahwa
bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa sekarang lebih dinamis,
lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda, tergantung dari konteksnya.
Perbedaan ini terjadi sebagai akibat dari perkembangan bahasa. Tahun 1950-an
bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara dominan oleh bahasa Melayu.
g.
Bahasa
tidak langsung
Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya
mekanisme untuk menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika
Anda berhadapan dengan orang Timor, Anda tidak biasanya berbicara secara
langsung namun didahului oleh basa basi dan bahsa simbolik. Ini jelas berbeda
kalau Anda berbicara dengan orang Flores atau orang Rote di Kupang.
4. Struktur
Pesan
Menurut Liliweri (2007;
123-125) struktur pesan ditunjukkan dengan :
a. Pola
penyimpulan (tersirat atau tersurat)
Banyak anak terserang
campak (PK, Rabu 4 November 2004)
Gejalanya:
-
Panas 2-3 hari
berturut-turut
-
Muncul ruam-ruam merah
di balik telinga
-
Timbul batuk, pilek,
dan mencret
-
Bagian kulit yang
ruam-ruam mengelupas
-
Timbul bintik-bintik
hitam pada kulit yang mengelupas
b. Pola
urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu)
Argumentasi
yang disenangi (disampaikan terlebih dahulu) misalnya, Anda hendak mengadakan
penyuluhan tetntang usaha mencegah anak-anak mencret karena makan makanan atau
penganan yang tidak bersih. Anda bisa menampilkan pada pamflet foto anak-anak
yang riang gembira bersama kawan-kawannya berebutan membeli jajan di suatu kios
di bilangan daerah kumuh. Beberapa foto berikutnya anda yang dimulai dari
anak-anak memasukkan jajan ke mulut, proses pengolahan dalam perut… sampai
terakhir potret anak yang mulai sakit perut dan terus-menerus ke WC dan
akhirnya dibawa ke UGD dalam keadaan pucat pasi.
Argumentasi
yang tidak disenangi (disampaikan terlebih dahulu), dalam model ini anda
menampilkan terlebih dahulu wajah seorang anak yang pucat pasi terbaring tidak
berdaya di UGD…sampai menampilkan alur cerita pertama.
c. Pola
objektivitas (satu sisi atau dua sisi)
Satu
sisi – Pesan yang terlihat dari dua contoh argument di atas sebenarnya berpola
SATU SISI karena Anda mengambil anak sebagai pusat informasi kesehatan.
Dua
sisi – Alur satu sisi di atas dapat diubah menjadi dua sisi karena Anda
menampilkan pula potret seorang dokter atau perawat yang mengingatkan beberapa
pesan mengenai pencegahan penyakit mencret.
5.
Gaya Pesan (bahasa)
Gaya pesan menunjukkan
variasi linguistic dalam penyampaian pesan dengan perulangan, mudah mengerti,
dan perbendaharaan kata (Liliweri, 2007; hal.125)
a. Perulangan
Perulangan
pesan adalah pengungkapan suatu pesan berkali-kali dalam satuan waktu untuk
mengesankan kepada audiens bahwa apa yang disampaikan sangat penting.
Contoh:
“Saya ingatkan untuk mencegah demam berdarah lakukan 3M, sekali lagi 3M, 3M,
jangan lupa 3M”.
b. Mudah
dimengerti
Suatu
pesan yang baik adalah pesan yang menggunakan pilihan kata yang mudah
dimengerti, atau jangan menimbulkan tafsir ganda. Contoh: apabila kata
ruam-ruam kurang dipahami, sehingga sebaiknya gunakan kata bintil-bintil.
c. Perbendaharaan
kata
Yang
dimaksudkan dengan perberdaharaan kata adalah kata-kata yang lazim digunakan
oleh audiens sehari-hari. Contoh: kata ruam-ruam (jika digunakan dalam bahasa
tulisan maka hendaklah diterangkan dalam kurang).
6. Daya
Tarik Pesan
Yang
dimaksudkan dengan daya tarik pesan (message appeals) mengacu pada motif-motif
psikologis yang dikandung pesan, yakni rasional-emosional, fear appeals (gaya
tarik ketakutan), dan reward appeals (daya tarik ganjaran). (Liliweri, 2007;
129-131)
a. Rasional
– Emosional
Rasional
adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai
dengan syarat-syarat yang seharusnya, misalnya syarat ilmu kesehatan, dll.
Contoh: “Karena penyakit ini disebabkan oleh virus maka tidak bias diobati.
Penyakit ini akan sembuh sendiri yang dalam istilah medis disebut self
limited disease, yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini adalah melakukan
pengobatan sesuai gejala-gejala penyakit. Misalnya, ketika penderita mengalami
batuk, diberi obat batuk, begitu pula penderita pilek atau diare.”
Emosional
adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara emosional serta
menggugah emosi audiens. Contoh: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; jika bapak tetap merokok, berarti
bapak mau bunuh diri. Itu kan kasian anak-anak dan istri, apalagi kalau bapak
jadi impoten, maka rumah tangga bapak bakal tidak bahagia!
b. Fear
Appeals (daya tarik ketakutan)
Untuk
memengaruhi audiens, maka sebaiknya sampaikan pesan atau informasi yang kurang
menyenangkan kemudian baru diikuti dengan menampilkan pesan atau informasi yang
menyenangkan. Daya tarik pesan yang menampilkan ketakutan rupanya lebih
ditakutkan daripada pesan yang tidak menakutkan. Fear appeals menampilkan daya
tarik tertentu apalagi jika ketakutan itu berkaitan dengan nyawa manusia.
Atas
pertimbangan itu maka dalam penyuluhan kesehatan yang ausiensnya (adalah
manusia-manusia super sibuk) mempercayakan anak-anak mereka kepada para
pembantu perlu ditampilkan kasus-kasus bagaimana hubunghan pembantu dengan
anak-anak ketika orang tua tidak berada di rumah. Hal ini akan mendorong para
orang tua sibuk untuk lebih meluangkan lebih banyak waktu memperhatikan
anak-anaknya daripada kepada para pembantu.
c. Reward
Appeals (daya tarik ganjaran)
Ada
banyak sekali cara untuk menciptakan daya tarik bagi para pembeli untuk membeli
makanan atau minuman sehat. Semua pasta gigi memberikan iming-iming bagi
pembeli dengan hadiah uang jutaan rupiah setelah mengumpulkan sejumlah tertentu
bungkus pasta gigi. Jadi, orang dipersuasi untuk membeli produk bukan karena
dia butuh produk tersebut tetapi karena dia ingin mendapatkan hadiah karena
membeli produk itu.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com